Monday, March 05, 2007

SERIAL VANYA, BIDADARI BADUNG

VANYA, SI BIDADARI BADUNG


Horree…..awan-awan putih menumpahkan tetesan airnya ke bumi. Ya, kini bumi akan menjadi sejuk karena bermandikan air yang segar. Vanya, si bidadari cilik tengah mengagumi kristal-kristal bening yang turun dengan deras ke bumi dari beranda rumahnya. Rumah Vanya berada di negeri Bidadari.

Tahukah kau di mana negeri Bidadari? Nah, coba kau tengadahkan kepalamu ke atas. Di antara gumpalan-gumpalan awan, tersembunyi sebuah negeri yang indah, negerinya para bidadari, seperti Vanya. Negeri Bidadari akan tampak lebih jelas bila hujan turun karena pada saat itu, angin akan behembus kencang ke negeri bidadari sehingga negeri bidadari akan bergeser menjauh dari gumpalan-gumpalan awan tebal yang menyelimutinya.

Satu hal yang paling Vanya suka hujan turun ke bumi adalah munculnya tangga warna-warni yang menghubungkan negerinya ke bumi. Anak tangga warna-warni itu terbuat dari tujuh helai selendang yang panjang sekali.dan bermula dari Istana Bidadari yang terletak di tengah-tengah negeri. Ratu Bidadari dan para dayang-dayangnya akan berkunjung sebentar ke bumi. Vanya tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Ratu Bidadari dan dayang-dayangnya di bumi, namun itu tidak penting baginya. Karena ketika tangga warna-warni itu muncul, siapapun diperbolehkan untuk bermain sejenak ke bumi. Oh iya, di bumi, tangga warna-warni itu biasa disebut pelangi.

“Vanya, pakai mantel yang tebal dan lekas masuk!” seru mama Vanya dari dalam rumah. Rumah Vanya indah sekali, bertingkat dua dengan beranda-beranda yang luas. Salah satu beranda yang paling nyaman terletak tepat di depan kamar Vanya yang tak kalah indahnya. Dinding-dinding rumah Vanya termasuk kamar-kamarnya berhiaskan motif bunga mawar merah tua yang cantik.

“Iya ma,” balas Vanya. Tapi Vanya tak lekas-lekas mengambil mantel. Dia malah duduk di kursi berbentuk bunga mawar merah muda sambil mendekap tangannya ke dadanya. Uggh…satu hal yang memang paling tidak disukai mama dari Vanya karena Vanya terkadang badung dan keras kepala.

“Vanyaa……!” terdengar ada yang memanggilnya. Oh… ada Diandra dan Charlotta tengah menuruni anak tangga warna-warni. Rupanya tangga warna-warni sudah muncul.

“Ayo main ke bumi!” ajak Charlotta gembira.

Vanya tidak menunggu lebih lama. Segera dia meloncat dari beranda rumahnya dan jatuh tepat ke anak tangga warna-warni.

“Astaga, Vanya, kau berani sekali!” seru Diandra kaget, “mestinya kau turun dulu dari beranda, kami kan bisa menunggumu!”

Vanya tersenyum bandel, “aku sudah tidak sabar, hehe..”

Diandra dan Charlotta Cuma geleng-geleng Kepala. Mereka sudah hapal betul sifat sahabat mereka yang badung ini. Tapi mereka suka bersahabat dengan Vanya, walau badung, tapi Vanya baik dan banyak akalnya. Kini dengan bersenandung riang mereka menuruni anak-anak tangga sampai ke sebuah danau yang indah di balik bukit hijau. Di sana sudah banyak teman-teman bidadari yang lain sedang bermain di danau dan berlari-lari riang di sela-sela pohon yang tinggi.

“Kita mandi di danau itu yuk,” ajak Diandra.

Charlotta setuju tapi Vanya menggeleng, “aku kedinginan, tadi lupa bawa mantel,” kata Vanya,” aku mau memetik bunga mawar hutan saja ya.”

“Ya sudah, nanti kau tunggu kita di pinggir danau itu ya,” ujar Charlotta.

Vanya mengangguk. Dia sudah tidak sabar ingin memetik bunga mawar yang harum dan cantik untuk menghiasi rumahnya. Hmmm….mama pasti gembira kalau aku bawakan sekeranjang bunga mawar, pikir Vanya gembira. Vanya lalu asyik memetik bunga-bunga mawar. Tanpa dia sadari, dia sudah terlalu masuk ke hutan. Memang, semakin ke dalam hutan, tambah banyak bunga mawar yang cantik dan beraneka warna.

“Ouww…aku lupa jalan pulang,” tiba-tiba Vanya tersadar dan panik. Di depannya terdapat jalan bercabang dua., “aduh, aku mesti memilih jalan yang mana?”

Vanya memilih jalan yang ke kiri. Tapi semakin jauh dia melangkah, hutan semakin rimbun. “Sepertinya bukan ini jalannya,” pikir Vanya lalu berbalik dan mengambil jalan yang kekanan.

Hari sudah gelap ketika akhirnya Vanya tiba di pinggir danau. Diandra, Charlotta dan teman-teman bidadarinya sudah tidak kelihatan. Oh…rupanya mereka sudah pulang ke negeri bidadari dan Vanya tinggal sendirian.

“Hiks…hiks….”Vanya tersedu di pinggir danau. Badannya semakin menggigil karena dingin dan rasa takut yang mulai merayapi hatinya. Suasana di sekitarnya tampak lengang. Vanya duduk di bawah sebatang pohon besar dan merapatkan tubuhnya yang semakin dingin di batang pohon.

“Hik..hik..aku tak akan bertemu dengan mama dan papa lagi,”isak Vanya,”aku menyesal karena selalu bermain sampai lupa waktu.”

Karena kecapaian, Vanya pun tertidur sambil meringkuk dengan air mata mengalir di pipinya yang terasa beku.

“Vanya….bangun!”

Vanya gelagapan. Ada sesuatu ayng mengguncang bahunya. “Toloongggg!” jerit Vanya spontan.

“Heii..Vanya, ini mama!”

Vanya membuka matanya. Tampak wajah mama yang lembut menatapnya. Vanya menoleh ke kiri dan kanan. Suasana memang agak gelap, tapi……

“mamaaaaa….!”Vanya berteriak gembira sambil merangkul mama,” mama menemukan Vanya di tepi danau ya? Mama membawa Vanya pulang?”

Mama tersenyum geli, “pasti Vanya mimpi ya?” tanya mama,”kamu itu tertidur di beranda. Ugh, tubuhmu dingin sekali Vanya, kamu tidak pakai mantel!”

Vanya tertunduk malu. Tiba-tiba…uhuk..uhuk…hatchii…., Vanya bersin dan terbatuk-batuk.

“Nah kan…..kamu sakit, ayo masuk ke kamar,gerutu mama, “dasar Vanya bandel!”

Vanya tersenyum. Lehernya memang sakit, tapi dia tidak terlalu sedih. Ternyata barusan dia bermimpi. Ugh…coba kalau tadi bukan mimpi? Hih…Vanya menggigil ketakutan mengingat mimpinya itu. Hmm…setidaknya mimpi itu bisa mengingatkan Vanya kalau esok-esok, turun hujan dan ada tangga warna-warni yang bisa membawanya berpetualang di bumi. Kalau kalian bertemu dengan Vanya, jangan kaget ya dengan kebadungannya. Tapi yang pasti, Vanya tetap bidadari yang baik hati dan cerdik koq.
***


No comments: