Thursday, March 01, 2007

TIGA KOTAK PILIHAN


Di sebuah negeri hiduplah tiga orang kakak beradik. Mereka tinggal bersama kedua orang tua mereka di sebuah rumah di atas bukit. Si sulung bernama Kiya, anak tengah bernama Cinta dan si bungsu bernama Vanda.

Saat liburan sekolah tiba, ketiga kakak beradik itu minta izin pada orang tua mereka untuk ke kota. Dengan menyewa kereta kuda yang dikemudikan oleh Pak Piko tetangga mereka, mereka menuju ke kota. Di sana mereka bersenang-senang, makan di rumah makan besar, membeli baju dan buku-buku serta menonton lomba pacuan kuda yang diadakan oleh Raja Willy, penguasa negeri.

Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka pun pulang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba seorang wanita yang sangat tua menghentikan perjalanan mereka dan memohon izin untuk diberi tumpangan.

Ketiga kakak beradik itu tak keberatan. Wanita tua itu sungguh senang. Diperhatikannya ketiga kakak beradik itu. Mereka cantik-cantik sekali, pikirnya, namun tingkah mereka berbeda satu dengan lainnya. Si sulung yang mengenakan gaun paling indah tak henti-hentinya menyisir rambutnya yang indah sampai ke pinggang. Anak tengah sangat ceria dan menyapanya dengan ramah serta mengajaknya bercerita. Si bungsu sungguh serius, sedari tadi terus menekuni buku tebal yang dibelinya di kota.

Sampai di kaki bukit, wanita tua itu turun. ”Cucu-cucu, terima kasih telah mengizinkan nenek untuk menumpangi kereta kalian. Sebagai tanda terima kasih nenek mempunyai tiga kotak bewarna merah, kuning dan hijau.”

Ketiga kakak beradik itu memandang tak mengerti pada sang wanita tua itu. Wanita tua itu segera melanjutkan kata-katanya.

”Kotak merah adalah kotak kekayaan yang kelak pemiliknya akan memiliki harta berlimpah. Kotak kuning adalah kotak kepandaian, satu dari kalian akan menjadi orang terpandai di negeri ini dan menjadi penasihat kerajaan, dan kotak hijau adalah kotak cinta kasih, yang kelak pemiliknya akan menjadi orang yang dikasihi semua orang dan ibu yang sangat berbahagia. Silahkan kalian memilih kotak mana yang kalian inginkan.”

Sebagai anak pertama, si sulung merasa paling berhak memilih duluan. Dipilihnya kotak merah, kotak kekayaan. Si anak tengah mendapat giliran kedua, namun si bungsu takut kalau kakaknya memilih kotak yang diinginkannya.

”Kak, bolehkah aku yang memiliki kotak kuning?” tanya si bungsu. ”Aku ingin sekali menjadi penasihat kerajaan,” Katanya memohon. Si anak tengah mengangguk. Dia sangat mencintai kedua saudaranya. Tentu saja dia meluluskan permohonan adiknya, dan tetap bersenang hati mendapatkan kotak hijau, kotak cinta kasih.

Tahun berganti tahun. Ketiga kakak beradik itu sudah beranjak dewasa dan kini mempunyai kehidupan masing-masing. Si sulung telah menjadi saudagar yang sangat kaya. Si bungsu menjadi orang terpandai di sepenjuru negeri dan diminta oleh raja Willy menjadi penasihat kerajaan. Dan si anak tengah yang kini menetap di kota bersama orang tua mereka tetap hidup sederhana, sifatnya yang pengasih membuatnya mendirikan sebuah rumah cinta kasih, rumah tempat anak-anak yatim piatu untuk bernaung dan mendapat kesempatan bersekolah.

Suatu hari, Raja Willy dan Ratu Belinda berniat mencarikan calon istri untuk Pangeran Arthur, putra mereka yang pemalu. Kelak putra mereka itu lah yang akan menggantikan raja Willy yang sudah tua untuk memimpin kerajaan. Namun Sang Raja dan Ratu bingung dengan tingkah Pangeran Arthur yang tidak pernah memiliki seorang pun teman wanita.

Sebagai panasihat kerajaan, Vanda memberikan nasihat pada sang raja untuk mengadakan sayembara saja. Di benaknya tersusun rencana untuk mengatur sayembara yang akan dimenangi olehnya. Namun rupanya Ratu Belinda punya rencana lain. Diam-diam dia membicarakan idenya kepada Raja Willy dan Pangeran Arthur.

Akhirnya rencana Ratu Belinda dilaksanakan. Sang Pangeran dan Ratu menyamar menjadi orang biasa. Godda, si penyihir kerajaan membantu mereka dengan menyihir rupa dan pakaian mereka hingga tampak seperti pengemis. Dan berkelanalah Ratu, Pangeran dan penyihir Godda ke seluruh penjuru negeri untuk mencari pendamping yang tepat untuk sang Pangeran.

Hari berganti hari, namun calon yang tepat belum mereka dapatkan. Gadis gadis negeri yang mereka temui kebanyakan berpolah sombong dan bersikap tak peduli. Gadis pertama yang mereka temui adalah Vanda. Namun si anak bungsu yang tengah memikirkan tentang sayembara apa yang akan diselenggarakan oleh sang Raja itu tak menggubris mereka. Sang Ratu, Pangeran dan penyihir Godda pun melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, mereka berencana menemui Kiya, saudagar muda kaya raya yang terkenal. Namun Kiya, si anak sulung itu tak mau menemui mereka, dia hanya memberikan beberapa keping emas kepada mereka melalui pelayannya.

Dalam keputusasaan tak akan menemukan gadis yang tepat, sang Ratu, Pangeran dan penyihir Godda beristirahat di bawah sebatang pohon. Tiba-tiba datang seorang gadis muda menghampiri mereka dan mengajak mereka ke rumahnya. Dalam rumah yang sederhana itu tampak oleh mereka begitu banyak anak-anak menyemaraki rumah tersebut. Gadis muda yang ternyata adalah Cinta si anak tengah itu rupanya memahami kebingungan tamu-tamunya.

”Ibu, anak-anak ini semua yatim piatu. Mereka saya ajak untuk tinggal di sini supaya mereka bisa merasakan kasih sayang dan semangat untuk terus hidup. Saya dan orang tua saya berusaha menghidupi mereka dan menyekolahkan mereka. Bila ibu-ibu dan kakak tak keberatan, kalian pun boleh tinggal di sini,” tawarnya lembut.

Sang ratu tak kuasa menahan haru dan segera memerintahkan Godda untuk mengembalikan rupa mereka. Betapa terkejutnya Cinta, kedua orang tuanya dan anak-anak yang lain. Sang Ratu segera menceritakan apa gerangan yang terjadi dan dia meminta kesediaan Cinta untuk mau menjadi pendamping putranya yang tampaknya sudah jatuh hati dengan si anak tengah itu.

Akhirnya Cinta pun bersedia menjadi istri Pangeran Arthur. Penduduk negeri berbahagia karena Pangeran mereka mendapatkan seorang pendamping yang berhati emas. Cinta hidup berbahagia bersama suaminya dan memiliki anak-anak yang berhati emas pula seperti dirinya.


No comments: