Sunday, February 18, 2007

SERIAL POLLY (judul ke I)

POLLY SI BONEKA KAYU


Pagi itu di negeri Palipop, negerinya para boneka kayu, tampak cerah. Matahari menebarkan sinar hangatnya dan menyusup masuk melalui jendela-jendela rumah. Para Penduduk menyambut pagi dengan penuh semangat dan memulai kegiatan sehari-hari mereka. Anak-anak pun tak kalah riangnya, mandi pagi, sarapan dan bersiap-siap ke sekolah.


Namun dari sebuah rumah mungil berbentuk kue yang atap dan dinding luarnya berlumurkan cat berwarna putih dengan batu-batu merah yang menyerupai buah strawberry menghiasi atapnya, terdengar suara nyonya Berto sedang menggedor pintu kamar dengan keras. Raut mukanya terlihat kesal dan cemas.

"Polly, bangun, ini sudah pukul tujuh!" Nyonya Berto berteriak.

Polly, boneka kayu yang pemalas, keluar dari kamar. "Polly ngantuk bu, hari ini tidak usah sekolah ya," katanya sambil menguap.

"Tidak boleh, kamu harus sekolah! Betsy, Lodi, dan Lovina tadi menjemputmu, tapi mereka tidak mau menunggu kamu terlalu lama," ujar nyonya Berto gemas.

"Tapi Polly lupa mengerjakan PR matematika," rengek Polly. Kebayang olehnya, Pak Todry guru matematika akan menghukumnya berdiri di depan kelas sampai jam sekolah usai bila dia tidak menyerahkan PR matematika.

"Salah kamu sendiri, Polly. Kemarin sudah ibu ingatkan, makanya jangan main terus sampai malam. Ayo Mandi sana!" seru Nyonya Berto marah.

Polly mandi dengan malas. Mandinya asal kena air saja. Nyonya Berto terus mengawasinya. Baru lega ia setelah Polly keluar rumah, berangkat ke sekolah dengan berbekal dua potong roti keju karena tak sempat sarapan.

Di sekolah, Pak Todry membawa khabar yang menggembirakan. Anak-anak mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Anak-anak, bapak mendapat surat dari kerajaan Palipop. Ratu Greta mengundang anak-anak yang pandai untuk berlibur ke istana dan berkunjung ke negeri boneka kain saat liburan sekolah tiba, " jelas Pak Todry.

Anak-anak saling pandang tak percaya. Mereka membayangkan istana Palipop yang katanya Pak Todry sangat indah. Bayangkan saja, pilar-pilar istananya dibikin seperti permen warna-warni, dan di samping istana terdapat taman bunga yang besar dan cantik. Ditambah lagi berlibur ke boneka kain yang penuh dengan aneka permainan anak-anak, hmm....sungguh mendebarkan.

"Tapi jangan senang dulu. Ini adalah undangan untuk anak-anak yang terpilih. Akan ada ujian untuk kalian," tambah Pak Todry, dan kelas pun riuh.

"Nanti kalau ujian, aku liat jawaban kamu ya," bisik Polly pada Betsy. "Nanti aku kasih coklat yang besar deh."

Betsy yang doyan makan itu mengangguk senang. Memberi contekan dengan mendapat balasan coklat sungguh menggiurkan. Tadi saja dia telah melahap dua potong roti keju, setelah Polly menyalin PR Matematika miliknya. Selama ini cuma dia yang mau memberi contekan pada Polly. Anak-anak yang lain sudah sepakat tidak akan memberi contekan pada Polly. Hanya Betsy, yang terus membantu Polly berbuat curang, dengan diam-diam, tentunya demi sepotong kue, sekantong permen atau sekotak coklat.

Beberapa hari berselang, ujian penentuan diadakan. Betsy, Lovina, Lodi, dan teman-teman sekelas Polly yang lain sudah belajar dengan giat.

"Semoga kita lulus semua ya," harap Lodi pada teman-temannya.

"Iya. Eh, Polly, kamu sudah belajar kan?" tanya Lovina.

"Tentu dong," sahut Polly, bibirnya menyungging senyum. Padahal dia tidak belajar sama sekali. Yang dia lakukan selama ini hanyalah merayu Tuan Berto, ayahnya, untuk membelikan satu kantong permen dan satu kotak besar coklat dari toko di negeri makanan untuk ditukarkannya dengan contekan dari Betsy. Diliriknya Betsy yang sedang mengulum permen di sebelahnya.

Pak Todry masuk kelas bersama seorang lelaki berpakaian putih dengan jubah hitam penuh manik-manik. Dia adalah Tuan Alfa, pengajar kerajaan. Soal-soal pun dibagikan. Anak-anak mengisi jawaban dengan tegang. Polly tak henti-hentinya menendang kaki Betsy yang duduk di depannya. Ketika waktu telah habis, Polly mengumpulkan lembar jawaban dengan tersenyum lega.

*********

Hari ini pengumuman hasil ujian. Anak-anak menunggu dengan harap-harap cemas. Hati kecil mereka yakin kalau mereka akan lulus karena mereka telah menjawab soal dengan sebaik-baiknya. Pak Todry mulai membacakan nama-nama yang lulus. Lovina, Lodi, dan anak-anak lainnya bersorak gembira ketika diumumkan lulus. Hampir seluruh anak lulus, kecuali dua anak yang menunggu dengan muka pucat.

"Kok nama saya tidak disebutkan Pak?" tanya Polly bingung.

"Kamu dan Betsy ikut saya ke ruang guru. Saya dan Pak Alfa curiga kalian bekerja sama atau salah satu dari kalian mencontoh jawaban yang satunya. Jawaban kalian benar-benar sama, dari kata-katanya sampai pada titik dan komanya. Tidak ada perbedaan satu pun!” kata Pak Todry.

Polly dan Betsy tertunduk lesu mengikuti Pak Todry di ruang guru. Di sana sudah ada Pak Alfa. Jantung mereka berdegup kencang ketika Pak Alfa mulai menanyai mereka. Akhirnya terbongkarlah rahasia Polly dan Betsy selama ini. Pak Todry dan Pak Alfa geleng-geleng kepala melihat ulah Polly dan Betsy.

Akhirnya liburan sekolah datang. Lovina, Lodi dan anak-anak yang lain begitu gembira. Mereka bertemu dengan ratu Greta yang cantik dan baik hati dan berkenalan dengan teman-teman dari negeri boneka kain.

Sayangnya Polly tidak bisa ikut karena harus mengikuti pelajaran dari Pak Alfa selama liburan sekolah. Betsy diizinkan berkunjung ke istana Palipop, tapi cuma satu hari, dan tidak bisa berkunjung ke negeri boneka kain, karena harus ikut sekolah bersama Polly. Polly dan Betsy sangat menyesal karena kesempatan emas mereka hilang.

No comments: