Sunday, February 18, 2007

SERIAL POLLY (judul ke II)

POLLY DAN MANTERA SIHIR

Wuih...Polly senang sekali. Dia diundang oleh Pipahito ke rumahnya. Pipahito adalah sepupu Polly yang tinggal di negeri penyihir. Lihatlah, rumah Pipahito begitu unik berbentuk kerucut seperti topi para penyihir. Pintu masuknya berupa lingkaran kecil sehingga Polly harus menunduk bila masuk ke rumah yang dinding dan lantainya dicat kotak-kotak hitam putih seperti papan catur. Pipahito pun mengajak Polly keliling negeri penyihir dengan mengendarai sapu terbang milik Pipahito.

”Tapi kita harus hati-hati di sini, karena kau bisa ditabrak oleh sapu-sapu terbang itu,” nasihat Pipahito ketika mereka melewati sapu-sapu terbang yang tengah berseliweran di udara

”Ada apa dengan sapu-sapu itu?” tanya Polly bingung.

”Sapu-sapu itu milik penghuni negeri ini yang sedang menguji kemampuan sapu terbang mereka. Biasanya itu milik penyihir baru,” jelas Pipahito.

Bukan itu saja yang membuat Polly kagum. Pipahito tampak mahir sekali membuat benda-benda terbang di udara, merubah seekor tikus menjadi sebatang pensil dan sebagainya.

”Ajarin aku mantera-mantera dong, Pipahito,” ujar Polly tertarik.

”Kau tidak bisa belajar dalam waktu dua hari, Polly,” kata Pipahito, ”tapi aku bisa mengajarimu satu mantra.”

”Iya..iya, aku mau, mantra apa itu?” seru Polly senang.

”mantra merubah benda menjadi apa pun yang kau inginkan,” kata Pipahito.
Polly bersorak gembira. Lihatlah betapa semangatnya Polly menyimak apa yang diajarkan oleh Pipahito.

”Abrakadabra...tralala...terilili....iniituiniitu...jadilah kodok,” seru Polly sambil menunjuk pada sepotong kue coklat di atas meja. Upss...Polly terloncat ke belakang ketika seekor kodok bewarna coklat melompatinya.

”Horee...aku bisa..”seru Polly gembira.

Polly pun jadi asyik menggunakan mantranya seharian ini. Pipahito geli melihat tingkahnya. Namun rupanya Polly pun bosan dan dia menginginkan mantra yang lain.

”Tidak bisa, Polly,” ujar Pipahito, ”belajar sihir tidak bisa hanya dalam waktu singkat seperti ini, kau harus sekolah dan itu membutuhkan waktu yang lama!”

Polly bersungut-sungut kecewa, ”huh....Pipahito pelit!” cetus Polly ketika Pipahito berlalu meninggalkannya karena mendengar suara ketukan di pintu depan.

Tiba-tiba mata Polly melihat buku kecil tergeletak di atas lemari pendek yang menempel di pojokan ruangan. Dengan berdebar-debar Polly membuka-buka buku itu.

”Huh...Pipahito bohong, ternyata dia belajar ilmu sihir dari buku ini!” seru Polly kesal,” nah....ini mantra yang diajarinya tadi!”

Polly membaca dengan cepat. Tiba-tiba terdengar langkah Pipahito menuju mendekati Polly. Secepat kilat Polly merobek dua lembar buku sihir itu dan meletakkannya pada posisinya semula.

”Hfff....pasti Pipahito tak akan tahu,” batin Polly, ”cuma dua lembar tak akan membuatnya curiga.”

”Polly, kita makan yuk, ”Pipahito telah berada di depan Polly,”ini ada kue bola isi kismis dari Nesya, temanku.”

Polly mengikuti Pipahito ke dapur dengan hati masih berdebar-debar, takut kalau Pipahito mengetahui perbuatannya barusan.
*************

Hari ini Polly pun harus pulang. Walax, burung rajawali milik Pipahito yang mengantarnya sampai ke halaman rumahnya. Ibunya, nyonya Berto dan teman-temannya, Lodi, Lovina dan Betsy telah menunggu di depan rumah.

”Polly, bagaimana kisahmu di sana?” tanya Lovina.

”Seru sekali!” ujar Polly dan ceritanya mengalir cepat membuat iri teman-temannya.

”Aku pun bisa menyihirmu menjadi kelinci,” kata Polly bangga.

”Ah..yang benar, Polly?” tanya Lodi tidak percaya, ”kau kan paling malas kalau belajar!”

Polly jengkel sekali. Diingat-ingatnya mantra yang telah dipelajarinya dari Pipahito. Uggg...tapi mantranya apa ya? Wah....ternyata Polly sudah lupa mantera yang diajari oleh Pipahito padanya kemarin. Sebentar...Polly ingat dengan dua lembar buku sihir yang dicurinya. Dirogohnya tangannya ke saku celananya. Ini dia!

”Wah.....mantranya kau baca ya, Polly?” ledek Lodi geli. Tapi Polly tidak menghiraukan ejekan Lodi dan cekikikan geli Lovina dan Betsy.

”Abrakadabra....abrakadabri....jadinyaakuginigitu...ini..itu...jadilah kodok!” Polly berkomat-kamit mengikuti petunjuk dari lembaran buku sihir.

Whussssss........tiba-tiba Polly menghilang dari pandangan.

”Polly, kau di mana?” seru Betsy.

Polly kaget. Dia merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Di depannya tampak Lovina, Lodi dan Betsy kebingungan.

”Grook..grook......”seru Polly.

”Haaah....Polly...kau kah kodok hijau ini?”tanya Lovina kaget ketika. Bukan saja Lovina yang kaget, tapi dia lebih kaget ketika mendapati dirinya menjadi kodok. Oh...ini tak seperti yang diharapkannya.

”Tolong...aku...grook...tolong...groook...,”rintih Polly. Oh...rupanya Polly telah mencuri mantera yang ditujukan untuk si pembaca mantera itu sendiri.

”Tapi kau kan bisa membaca mantera untuk mengembalikan bentukmu seperti semula kan?”

Polly menangis,”aku tidak tahu manteranya.”

Lovina, Lodi dan Betsy merasa sangat kasihan pada Polly. Nyonya Berto yang mengetahui hal ini sangat marah dan segera menelepon Pipahito. Bukan main kesalnya Pipahito mengetahui hal ini. Apa lagi mengetahui kalau Polly telah mencuri dua lembar buku sihir miliknya.

”Baiklah aku memaafkannya kali ini,”ujar Pipahito, ”bibi, sekarang, bibi ucapkan mantera seperti ini.”

Pipahito mulai mengucapkan mantera dan diikuti oleh nyonya Berto. Whussss.....Polly pun berubah kembali menjadi dirinya lagi.

”Nah....sekarang kembalikan dua lembar buku yang kau sobek itu, Polly!” kecam nyonya Berto,” dan kirim surat pada Pipahito kalau kau menyesal dan minta maaf padanya!”

Polly mengangguk dan tertunduk malu.

”Hff...untung aku tidak menjadi kodok selamanya,” pikir Polly menyesal.



No comments: