Sunday, February 18, 2007

SERIAL SASHI (judul ke V)


KETIKA IBU TAK DI RUMAH


“Hati-hati di rumah ya nak. Pulang sekolah langsung pulang dan jangan kemana-mana,” ibu berpesan pada Sashi.

“Ibu jadi pergi ya?” tanya Sashi. Peri kecil itu menatap ibu penuh harap semoga ibu tidak jadi pergi saja. Baru kali ini ibu meninggalkannya walau cuma sebentar karena besok sore ibu sudah pulang.

Ibu mengangguk dan mencium pipi Sashi yang bewarna kemerah-merahan. Tentu saja ibu harus pergi karena ibu telah berjanji akan datang ke rumah oma. Oma itu ibunya ibu. Dan seminggu yang lalu ibu menerima surat dari oma yang mengabarkan kalau oma akan mengadakan arisan keluarga dan oma membutuhkan bantuan ibu.

“Ibu telah menyiapkan banyak makanan di lemari dapur dan di lemari pendingin jadi Sashi tak akan kelaparan,” kata ibu mencoba menghiburnya.

Sashi mengangguk.

“Sekarang ibu pergi ya sayang, cup cup,” ibu menciumi Sashi lagi. Dengan lesu Sashi membalas lambaian tangan ibu. Sekarang saja dia sudah sendiri karena ayah mengantar ibu sampai di depan jalan. Karena rumah oma jauh dari rumah mereka, ibu tidak terbang seperti biasanya tapi menumpangi kereta kuda pak Greto tetangga mereka.

Sepi sekali tidak ada ibu di rumah. Biasanya ibu selalu sibuk di dapur dan Sashi suka sekali menunggui ibu membuat kue. Ibu memang hobi membuat berbagai makanan dan Sashi paling senang kebagian mencicipi masakan ibu. Tapi sekarang dapur sepi tanpa ibu. Kalau begini Sashi sudah kangen saja sama ibu.

“Sashi, kita main ke rumah Rose yuk,” tiba-tiba Felika, tetangganya dan juga teman sekelasnya sudah muncul di depan Sashi.

“Aku tidak boleh keluar rumah, ibuku sedang pergi,” ujar Sashi menyesali tidak bisa menemani Felika main.

“Ya sudah kita main di rumahmu saja ya,” kata Felika. Felika memang teman yang baik, dia mengerti kalau Sashi merasa kesepian.

Sashi senang ada Felika. Untuk sementara dia bisa melupakan rasa kangennya pada ibu.

Esok harinya sepulang dari sekolah segera setelah berganti pakaian, Sashi langsung menuju dapur. Perutnya terasa lapar. Biasanya ibu yang membukakan pintu untuknya dan langsung menyiapkan sup hangat dan puding buah kesukaan Sashi. Tapi hari ini Sashi harus menyiapkan makanan sendiri.

Sashi membuka lemari pendingin. Ada telur, puding coklat dan es buah. Kemudian dibukanya lemari dapur, berbagai roti dengan potongan besar-besar sungguh membangkitkan seleranya. Sashi mengambil sepotong roti kismis besar dan dua potong kue jahe, sebutir telur, semangkuk kecil puding coklat dan segelas es buah lalu siap menyantap makan siangnya. Ibu memang baik sekali telah menyiapkan semua makanan kesukaannya.

Perutnya sudah kenyang. Kalau ibu ada biasanya ibu langsung membereskan piring-piring dan gelas setelah habis ia pakai. Untunglah Sashi sering memperhatikan cara ibu mencuci piring dan gelas. Sekarang dia mencoba untuk melakukan apa yang selalu dilakukan ibu. Piring-piring dan gelas kotor dikumpulkan dalam satu baskom besar dan kemudian dibawa ke tempat pencucian piring. Ada sabun di dekat keran air. Dan Sashi mulai mencuci piring dan gelas dengan hati-hati. Yah harus hati-hati karena piring dan gelas terbuat dari kaca beling yang gampang sekali pecah. Setelah itu Sashi mengelap piring-piring dan gelas yang masih basah dengan lap kecil yang tergantung di dinding dan menyusunnya kembali di rak.

Sekarang beres. Uff….ternyata capek juga membersihkan piring dan gelas. Apa lagi ini pertama kali Sashi melakukannya. Tapi Sashi lega melihat hasil kerjanya. Senang juga rasanya melihat piring-piring dan gelas kembali mengkilap dan tersusun di rak.

Tiba-tiba terdengar pintu depan di ketuk. Rupanya Rose dan Felika yang datang.

“Sedang ngapain, Sashi? Tanganmu itu kenapa basah?” tanya Rose.

Dengan bangga Sashi bercerita pada teman-temannya kalau dia habis mencuci piring dan gelas. Felika dan Rose menatapnya kagum ketika Sashi mengajaknya melihat hasil kerjanya. Sashi lalu menawarkan mereka makan puding coklat dan minum es buah. Kedua temannya mengangguk senang. Mereka asyik sekali makan sambil ngobrol di dapur.

“Wah, lemari dapur di sini besar sekali ya, uuhh..kalau aku jadi kau pasti sudah aku jadikan tempat main petak umpet,” cetus Rose ketika melihat lemari besar tempat ibu menyimpat berbagai penganan di pojok dapur.

“Hihihi….aku juga suka sembunyi di sana sampai ibu bingung mencariku ke mana-mana,” Sashi bercerita, “tapi sekarang kau tak bisa main di sana karena banyak sekali roti yang ibu simpan di lemari itu.”

“Kecuali kalau kau sanggup menghabiskan semua makanan di sana,” canda Felika.

Rose dan Sashi tertawa.

“Sekarang giliran aku yang mencuci piring-piring ini ya,” kata Felika. Dikumpulkanya semua piring kotor untuk dicuci.

“Dan aku yang mengepel lantainya,” seru Rose.

“Terus aku yang membereskan meja makan,” Sashi tak mau kalah.

Ketiga peri kecil yang hari ini begitu manis-manis itu mulai mengerjakan tugas mereka dengan hati-hati. Tidak sulit memang dan mereka menyenanginya. Tidak lama kemudian, pekerjaan selesai dan lihatlah dapur terlihat bersih sekali.

“Asyik ya bersih-bersih,” komentar Rose. “Aku sering membantu ibuku mengepel lantai.”

“Aku tidak pernah,” Sashi mengaku, “ternyata banyak sekali pekerjaan ibu-ibu kita ya.”

“Benar,” sahut Felika. “Eh, Sashi, boleh tidak kalau kita membersihkan rumah kamu. Nanti kalau ibumu pulang, dia pasti senang melihat rumah sudah bersih kembali.”

Sashi dan Rose mengangguk setuju dengan usul Felika. Bertiga mereka lalu mencari sapu, kain pel dan ember berisi air yang bercampur obat pembersih untuk membilas kain pel. Ternyata membersihkan rumah itu menyenangkan juga apa lagi jika dilakukan dengan hati gembira dan bersenandung riang.

“Sudah beres…..”seru Rose. Telapak tangannya kotor tapi dia tak peduli.

“Sekarang kita yang harus dibersihkan,” ujar Sashi riang,” siapa yang mau mandi lebih dulu?’

Akhirnya mereka mandi bergiliran. Ketika waktunya pulang, Sashi mengucapkan terima kasih pada Rose dan Felika. Tapi Felika bilang, itulah gunanya teman, selalu ada waktu untuk saling membantu.

Tok..tok…suara pintu diketuk. Sashi menghambur menuju pintu depan. Dia tahu diluar ada ibu dan ayahnya karena sore tadi ayah bilang padanya akan menjemput ibu.

“Sashi…”terdengar ibu memanggil.

Sashi membuka pintu dan langsung memeluk ibu yang berdiri di depan pintu.

“Sashi kangen sama ibu,” Sashi kolokan.

Ibu menggandeng lengan Sashi dan masuk ke rumah. Mata ibu memandang sekeliling rumah dan betapa terkejutnya ibu melihat ruang tamu, kamar dan dapur tampak rapi dan bersih. Padahal ketika ibu pergi kemarin, ibu tidak sempat untuk merapikan isi rumah.

“Ayah?” tanya ibu pada ayah.

“Jangan tanya sama ayah dong….coba ibu tanya pada peri mungil kita yang cantik jelita,” ayah berseloroh dan mengerdipkan mata pada Sashi.

“Ohya?’ ibu menatap Sashi.

Sashi tertawa. Kali ini ibu pasti tak akan percaya akan ceritanya. Dengan bangga Sashi menceritakan apa yang telah ia, Felika dan Rose lakukan.

“Wah…ini peri kecil ibu yang hebat sekali. Terima kasih ya sayang, besok sampaikan salam dan terima kasih ibu untuk Felika dan Rose ya,” ujar ibu senang.

Sashi mengangguk dengan mata berbinar. Duh…senangnya bisa membantu ibu dan membuat hati ibu gembira.

No comments: