Sunday, February 18, 2007

SERIAL POLLY (judul ke III)

BERKUNJUNG KE KOTA PERMEN


Hari Minggu besok, Polly dan teman-teman sekelasnya mendapat undangan dari Bapak Walikota Kota permen. Wuih....menyenangkan sekali! Kota permen adalah tempat yang paling ingin dikunjungi oleh Polly dan teman-teman sekelasnya. Kau tahu kenapa? Tentu saja, karena kota permen terkenal dengan seribu jenis permen yang paling enak di seluruh dunia. Semua rasa pun tersedia, coklat, vanilla, strawberry, apel, lemon dan banyak lagi. Ah...kau pasti akan iri mendengar cerita mereka nanti.

Polly sendiri sudah tidak sabar menunggu hari Minggu. Apa lagi Tuan Berto, ayah Polly yang sudah pernah berkunjung ke kota permen menceritakan tentang kota seribu permen yang asyik itu.

”Bayangkan, kolam di sana dipenuhi oleh permen-permen yang enak,” ujar Tuan Berto.

”Asyik sekali, ayah!” seru Polly, ”aduh...kenapa sih hari Minggu ini begitu lama?”

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Polly dan sahabat-sahabatnya, Betsy, Lodi dan Lovina sudah berkumpul di sekolah. Di depan gerbang sekolah tampak bus besar berwarna kuning gading sudah menunggu. Bus itu yang akan membawa Polly dan teman-temannya ke kota permen.

”Silahkan masuk ke bus satu-persatu,” Pak Flafla, sopir bus menyuruh murid-murid masuk.

Sepanjang jalan, murid-murid bernyanyi gembira dipandu oleh Pak Tordry sehingga perjalanan selama dua jam tidak terasa melelahkan. Yah...kota permen letaknya lumayan jauh dari Negeri Palipop, negerinya para boneka kayu itu.

Akhirnya kota permen sudah tampak di ujung jalan yang sangat panjang ini. Polly dan teman-temannya mengintip dari balik jendela. Woowww.....lihatlah, pohon-pohon di pinggir jalan sudah berubah menjadi pohon-pohon dengan permen beraneka bentuk sebagai daun dan buahnya.

”Kita sudah sampai,” seru Pak Todry lalu memimpin murid-muridnya turun satu persatu bertemu dengan pak Walikota.

Wah...Pak Walikota yang bertubuh gemuk itu baik sekali. Polly dan teman-temannya diizinkan untuk mencicipi permen-permen yang tersebar di kota permen sesuka hati mereka.

”Tapi ingat, jangan banyak-banyak ya,” ujar pak Todry, ”kalian boleh keliling kota tapi ingat, jam tiga harus sudah kumpul di sini lagi.”

Polly, Betsy, Lodi dan Lovina segera menuju kolam permen yang memancurkan permen-permen lezat.

”Permen madu ini enak sekali,” ujar Lovina gembira, ”kalau kau Polly, permen apa yang paling enak menurutmu?”

Polly tidak bisa menjawab. Mulutnya penuh dengan permen.

”Polly, kalau makan permen satu persatu dong!” tegur Lodi, ”jangan makan sekaligus begitu!”

Polly Cuma mendengus mendengar teguran Lodi. Ketika Lodi dan Lovina berlalu darinya, tangannya meraup dua genggam permen dan langsung menyimpanya dalam saku celananya.

”Uggh....permen enak-enak begini kok makannya satu persatu sih?” ujar Polly pada Betsy, tapi terdengar seperti bergumam karena mulutnya tak henti-hentinya mengulum banyak permen. Tapi Betsy yang doyan makan cuma sibuk dengan dirinya sendiri. Sedari tadi dia terus memindahkan permen-permen dari kolam ke kantong-kantong celananya.

”Astaga, Betsy, pantas kau memakai celana aneh itu!” celetuk seorang anak ketika melintasinya, ”celanamu memiliki banyak kantong untuk menyimpan permen-permen itu hihihi.....”

Betsy ikutan cekikikan. Polly yang melihat celana Betsy jadi geram. Ugggg....coba dia memakai celana yang banyak kantong seperti Betsy, tentu lebih banyak permen yang bisa dibawanya pulang.

”Agh...tapi lebih asyik makan banyak permen disini, mumpung gratis,” kekeh Polly gembira.

Kota permen memang paling asyik. Anak-anak kota permen juga baik-baik sekali. Mengetahui kalau kota mereka sedang dikunjungi anak-anak dari negeri boneka kayu, mereka segera mengundang Polly dan teman-temannya untuk mampir ke rumah-rumah mereka yang bentuknya pun seperti permen-permen itu, menyajikan semua permen beraneka rasa dan menghadiahi mereka berkantong-kantong permen.

Akhirnya tibalah waktu Polly dan teman-temannya harus kembali ke negeri mereka. Berat rasanya tapi mereka puas dengan membawa berkantong-kantong permen dari teman-teman baru mereka, anak-anak kota permen dan bapak Walikota kota permen yang ramah.

Keesokan paginya, Polly bangun dengan malas. Tiba-tiba....

”Aduh.....”Polly mengaduh sambil memegang pipinya.

”Kenapa, Polly?” tanya nyonya Berto.

”Gigi-gigiku sakit,” rintih Polly menahan sakit. Gigi-giginya terasa berdenyut-denyut.

”Pasti kamu kemarin makan permen banyak-banyak ya?” tanya Nyonya Berto jengkel.

Polly menunduk sambil terus menahan sakit yang juga membuat kepalanya pusing. Teringat olehnya bagaimana dia rakus sekali, melahap banyak permen kemarin.

”Yah...sudah, kita ke dokter gigi,” ujar nyonya Berto, ”lekaslah berpakaian, kita pergi sekarang.”

Polly mau menangis rasanya sekarang. Padahal hari ini dia sudah tidak sabar bertemu dengan teman-teman sekelasnya untuk memperbincangkan soal kota permen yang mereka kunjungi kemarin. Tentu asyik sekali mengingat-ingat kenangan mereka di sana dengan mengulum permen beraneka rasa.

”Oh....coba aku tidak makan permen banyak-banyak kemarin,” keluh Polly. Matanya menangkap berkantong-kantong permen yang teronggok di atas meja belajarnya. Tapi sekarang permen itu sudah tidak membangkitkan selera lagi karena giginya yang terus senut-senut itu. Oh...Polly menyesal sekali!

No comments: